Sabtu, 21 April 2012

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN ACARA III PENYADAPAN TANAMAN KARET Disusun oleh: Nama : Nur Chasanah NIM : 11875 Gol./Kel : A3/5 Asisten : Ayuta Ratu Balqis Siska Permata Dedek Kurniawan Sary Prihatini LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 ACARA III PENYADAPAN TANAMAN KARET I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet menjadi salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet serta pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu produktivitas serta kualitas produk yang masih rendah dibandingkan dengan produksi dari negara-negara pesaing lain di dunia seperti Malaysia dan Thailand. Karet di Indonesia sebagian besar didominasi oleh pengusahaan dalam bentuk perkebunan rakyat. Seiring dengan kebutuhan karet di pasar internasional yang cenderung meningkat, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk dapat menguasai pasar karet dunia melalui potensi sumberdaya alamnya. Namun, hal terpenting lainnya yang harus menjadi pertimbangan untuk terus ditingkatkan adalah kualitas sumberdaya manusia serta sarana penunjang lain untuk dapat memenuhi tuntutan kuantitas dan kualitas produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Kualitas dan kuantitas produksi tanaman karet ditentukan oleg tiga faktor, yaitu sifat klon tanaman, faktor lingkungan, serta sistem eksploitasinya. Pemungutan hasil sebagai bagian dari sistem eksploitasi dilakukan dengan melakukan penyadapan kulit batang untuk mendapatkan lateksnya. Penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati, Kesalahan dalam penyadapan akan menyebabkan produksi karet berkurang. Penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor kesehatan tanaman. Pengetahuan terkait cara-cara penyadapan yang sesuai dengan kaidah menjadi sangat penting untuk efektivitas dan efisiensi produksi, bagi mahasiswa pertanian pada umunya menjadi dasar pengetahuan untuk bekal sebelum terlibat langsung sebagai bagian dari stakeholder budidaya tanaman karet di masa mendatang. B. Tujuan Mengetahui cara-cara melakukan penyadapan tanaman karet. II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman karet termasuk famili Euphorbiace atau tanaman getah-getahan. Dinamakan demikian karena golongan famili ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai. Mengingat manfaat dan kegunaannya, tanaman ini digolongkan ke dalam tanaman industri. Tanaman karet berasal dari lembah Amazon. Karet liar atau semi liar masih ditemukan di bagian utara benua amerika selatan, mulai dari Brazil hingga Venezuela dan dari Kolombia hingga Peru dan Bolivia (Ghani et al., 1989). Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu produktivitas, serta kualitas produk yang masih rendah (Penangkaran Bibit Karet Tresno Maju, 2010). Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi, 2005). Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet
 dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta sama-sama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet
 sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet
 lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat (Penangkaran Bibit Karet Tresno Maju, 2010). Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Oleh sebab itu penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi karet akan berkurang Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan factor kesehatan tanaman (Santosa, 2007). Penyadapan tanaman karet dilakukan dengan menerapkan sistem yang telah disepakati secara internasional. Penyadapan pada batang utama (atau cabang untuk tanaman menjelang ditumbang) bertujuan untuk pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks di kulit pohon. Pembuluh lateks yang putus atau luka kelak akan pulih kembali sehingga bila dilakukan penyadapan untuk kedua kalinya luka tersebut telah pulih dan lateks akan mengalir lagi dengan baik (Siregar, 1995). Menurut Pendle, lateks mengandung beragam jenis protein katena lateks adalah cairan sitiplasma, protein ini termasuk enzim-enzim yang berperan dalam sintesis molekul karet. Sebagian protein hilang sewaktu pemekatan lateks yaitu karena pengendapan riteria a terbuang dalam lateks skim. Protein yang tersisa dalam lateks pekat kurang lebih adalah 1% terhadap berat lateks dan terdistribusi pada permukaan karet (60%) dan sisanya sebesar 40% terlarut dalam serum lateks pekat tersebut (Pendle, 1992). Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam riteria pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut (Maryadi, 2005). Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga riteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 – 6 tahun telah memenuhi criteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi riteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen (Suhendry dan Daslin, 2002). III. METODOLOGI Praktikum Budidaya Tanaman Tahunan acara III dengan judul Penyadapan Tanaman Karet ini dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2012 di Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau sadap, mangkuk, sigmat, cincin mangkuk, meteran, pisau mal, talang lateks, dan tali cincin. Adapun bahan yang digunakan yaitu pohon karet dewasa. Langkah penyadapan dimulai dengan memilih pohon karet siap sadap atau yang memiliki kriteria sadap. Pada kulit batang dibuat pola sadap, mula-mula ditentukan bukaan sadap 90-100 cm dari permukaan tanah. Selanjutnya, digambar bidang sadap dengan bentuk spiral dari kiri atas ke kanan bawah membentuk sudut 20-450 terhadap haris horisontal. Kemudian, kulit pohon dibersihkan serta diiris dengan tebal irisan 1,5-2,0 mm dan kedalaman irisan 1,0-1,5 mm. Lateks yang keluar ditampung dengan mangkuk sadap yang dipasang pada ujung alur sadap yang telah dibuka. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman karet merupakan salah satu komoditas perkebuan andalan Indonesia, bersaing dengan Malaysia dan Thailand sebagai penghasil karet alam besar di dunia. Budidaya karet di Indonesia semakin berkembang seiring dengan semakin terbukanya pasar karet dunia. Indonesai memiliki kemampuan sumberdaya alam yang sangat baik untuk pengusahaan budidaya karet dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Pada masa mendatang, Indonesia masih memiliki peluang yang besar untuk dapat kembali menguasai pasar karet dunia melalui pengoptimalan sumberdayanya, baik alam maupun manusianya. Kondsisi agribisnis karet Indonesia saat ini masih dibatasi oleh kendala produktivitas dan kualitas karet yang masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan produksi negara-negara pesaingnya di dunia. Hal tersebut disebabkan oleh luasnya perkebuanan karet yang berada dalam kondisi renta untuk masih dapat diandalkan produksinya secara maksimal serta masih cukup lemahnya sistem eksploitasi baik dari teknik maupun kelembagaannya. Produksi karet pada dasarnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu sifat klon tanaman, faktor lingkungan. Apabila ketiganya berada pada kondisi yang saling mendukung maka produksi baik secara kuantitas maupun kualitasnya akan dapat tercapai secara optimal dan berkesinambungan. Eksploitasi tanamna karet dilakukan dengan penyadapan, yaitu Penyadapan merupakan kegiatan meluaki/membuka jaringan lateks pada kulit batang pohon karet agar lateks mengalir keluar dari pohon kemudian ditampung dalam mangkuk. Kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Dalam proses penyadapan terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan agar produksi lateks dapat diambil secara optimal. Hal itu berkaitan dengan segi fisiologi pembuluh sadap dan dari segi pengaliran sadap. Penyadapan harus dilakukan dari arah kiri atas ke kanan bawah. Hal ini dilakukan karena pembuluh lateks mengalir spiral yang berlawanan arah dengan arah jarum jam ke arah atas batang. Sehingga untuk memaksimalkan keluarnya lateks maka proses pelukaan harus dilakukan dari kiri atas ke kanan bawah agar jumlah lateks yang dikeluarkan dalam jumlah yang banyak. Lateks adalah getah seperti susu dari banyak tumbuhan yang membeku ketika terkena udara. Ini merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor kesehatan tanaman. Tanaman karet siap sadap pada saat sudah matang sadap pohon yang tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan umur dan lilit batangnya. Pohon siap sadap memiliki diameter sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat. Kondisi tersebut pada umumnya dicapai sesudah tanaman berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26 tahun produksinya akan menurun. Kualitas sadap dipengaruhi oleh umur ekonomi tanaman. Kualitas sadapan yang jelek akibat irisan yang terlalu dalam, sudut sadap yang besar, luka sadap yang banyak serta pemakaian kulit yang boros akan mempersingkat umur ekonomi tanaman atau memperpendek siklus penyadapan. Penyadapan yang cepat cenderung menyebabkan pemakaian kulit lebih efisien karena sudut sadap yang kecil, pemakaian kulit hemat, sayatan dangkal sehingga luka pohon semakin sedikit. Sistem pengambilan lateks yang mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi, secara ekonomis menguntungkan dan berkesinambungan merupakan sistem eksploitasi yang dianjurkan. Sistem eksploitasi yang dikenal adalah: 1. Sistem eksploitasi konvensional, merupakan sistem sadap biasa tanpa menggunakan stimulan. Kelebihannya tergantung pada perangsang dansesuai dengan keadaan tanaman walaupun kurang baik pertumbuhannya. Kelemahannya kulit batang akan cepat habis. 2. Sistem sadap stimulasi, adalah sistem sadap kombinasi dengan menggunakan perangsang. Pemberian perangsang dimakduskan untuk meningkatkan produksi yang dapat dilakukan pada pohon karet yanng telah berumur lebih dari 15 tahun. 3. Sistem eksploitasi tusuk atau mikro, sistem tusukan pada jalur kulit yang diberi perangsang yang dilakukan dengan cara menusuk kulit batang tanaman denagn jarum. Kelebihan sistem ini adalah produksi lateks tinggi, pelaksanaannya mudah, kandungan zat gula lateks tetap tinggi gerakan zat gula dalam kulit tidak terhalangi, kekeringan alur sadap dapat dihindari dan dapat dilakukan pada tanaman yang beruamur 3 tahun. Terdapat dua metode yang biasa digunakan untuk melakukan penyadapan karet, yaitu metode sadap atas dan metode sadap bawah. Masing-masing metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan. Keunggulan dari metode sadap atas adalah : 1. Lateks dapat mengalir dan menetes lebih cepat dibandingkan dengan merode sadap bawah. Hal ini karena sadapan tepat memotong pembuluh lateks dengan kemiringan 90º sehingga lateks mengalir keluar dengan lancar, 2. Mempunyai tingkat kekeringan bidang sadap yang rendah karena daerah aliran lateks sebagian besar terletak pada bagian kulit yang akan disadap. Penyadapan berikutnya berada di atas irisan sadapan sehingga aliran lateks tidak terhalang. Keadaan ini hanya berlaku untuk kulit yang masih baru. 3. Sadapan atas juga dapat memperpanjang umur ekonomis pohon melalui penghematan penggunaan kulit. Sadapan ke atas bukanlah suatu teknik sadapan yang hanya digunakan untuk sadapan mati pada tahun-tahun terakhir dari umur yang memberikan keuntungan ekonomis dari pohon karet. Teknik tersebut dapat juga sebagai sistem yang diintegrasikan dalam suatu program eksploitasi jangka panjang dari tanaman karet. Adapun keunggulan dari metode sadapan bawah terletak pada nilai teknis dan aplikasinya. Metode sadap bawah lebih mudah dilaksanakan dibanding metode sadap atas, sehingga metode sadap bawah lebih sering digunakan. Namun jika dilihat dari tingkat efisiensi dan tingkat keefektivan hasil dari dua metode tidak berbeda jauh. Sistem sadapan menggambarkan kombinasi antara jumlah sayatan/potongan per pohon, panjang sayatan, dan frekuensi sadapan. Penyadapan dilakukan dengan metode setengah spiral, bukan satu spiral penuh, Hal ini berdasarkan pertimbangan untuk dapat mempertahankan proses fisiologis tanaman (fotosintesis) berlangsung dengan baik sehingga produktivitasnya tetap stabil dan kontinyu. Lateks merupakan hasil fotosintesis yang kemudian disimpan dalam jaringan tanaman yang disebut pembuluh lateks sehingga terganggunya proses fotosintesis akan berakibat pada berkurangnya jumlah lateks yang dihasilkan. Pembuluh lateks berada pada posisi yang tidak vertikal melainkan sedikit miring dengan sudut kemiringan 30% dan tersusun konsentris. Makin ke arah dalam (ke arah kambium) jumlah pembuluh semakin banyak sehingga jumlah sadapan akan berbanding lurus dengan kedalaman sadapan. Namun demikian, agar penyadapan yang dilakukan tidak membahayakan kesehatan tanaman, sebaiknya luka sadapan tidak terlalu dalam, yaitu di jaringan luar kambium. Untuk mempercepat kesembuhan luka sadapan, kedalaman sadapan diharapkan tidak sampai menyentuh kayu (xilem), sekitar 1,5 mm sebelum kambium. Kambium yang terluka akan menghambat proses pembentukan kulit pulihan berpengaruh besar pada kelanjutan produksi tanaman karet untuk masa yang akan datang. Waktu penyadapan merupakan salah satu faktor pertmbangan yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil penyadapan yang optimum dengan tetap mempertahankan produktivitas tanaman. Aliran keluarnya lateks sangat dipengaruhi oleh tekanan turgor tanaman. Atas dasar hal tersebut, penyadapan sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB karena pada saat itu tekanan turgor meningkat sehingga lateks yang dapat dihasilkan lebih banyak. Pada siang hari tekanan turgor akan menurun sehingga menurunkan pula produksi lateksnya. Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba. Musuh yang paling mengganggu para penyadap karet (Hevea brasiliensis) adalah hujan di pagi hari. Sebab jika kulit batang karet (balam) basah, getah akan luber keluar dari jalur (pelat) yang dibentuk oleh tarikan pahat. Jika hujan pagi, berarti hari libur para penyadap karet (penakok). Sedang musuh yang paling ditakutkan adalah hujan turun saat ngangkit (mengumpulkan getah dari sayak atau mangkuk penampung). Hasil memutari pohon-pohon karet satu kebun bisa jadi tanpa hasil jika air hujan meluberi sayak (tempurung penampung) cairan getah karet. Namun musuh yang paling dibenci para penyadap karet adalah harga getah/lateks “jatuh” sedang harga kebutuhan sehari-hari meninggi. Untuk mendapatkan lateks yang bersih, diperlukan cara kerja yang baik dan rapi. Bidang sadap, mangkok aluminium penampung, dan kaleng pengumpul haruslah bersih. Selain itu harus juga dipastikan bahwa tanaman dalam keadaan sehat agar tidak terjadi infeksi pada biang sadapan. Peralatan sadap menentukan keberhasilan penyadapan. Semakin baik alat yang digunakan, semakin bagus hasilnya. Berbagai peralatan sadap yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Mal sadap Keterangan: Mal sadap berfungsi membuat gambar sadapan yang menyangkut kemiringan sadapannya, biasanya digunakan sebagai pola rencana penyadapan untuk jangka waktu tertentu (biasanya 6 bulan). Mal sadap dibuat dari sepotong kayu dengan panjang 130 cm yang dilengkapi plat seng selebar + 4 cm dan panjangnya antara 50-60 cm. Plat seng dengan kayu membentuk sudut 120º (Siregar, 1995). 2. Pisau sadap atas Keterangan: Pisau sadap ada 2 macam, yaitu pisau untuk sadap atas dan pisau untuk sadap bawah. Pisau sadap harus mempunya ketajaman yang tinggi, karena berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan sadapan. Pisau sadap atas bertangkai panjang untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap atas dengan ketinggian di atas 130 cm. Alat ini dibuat dari besi panjang dengan ujung runcing dan pegangannya terbuat dari kayu atau plastik. Bagian runcing inilah yang digunakan untuk menoreh kulit batang pohon karet (Nazaruddin,1998). 3. Pisau sadap bawah Keterangan: Ketajaman pisau berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan menyadap. Pisau sadap mempunyai tangkai yang panjang untuk mempermudah penyadapan. Pisau sadap bawah digunakan untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap bawah, ketinggian mulai 130 cm ke arah bawah. Pisau sadap bentuknya beragam sesuai anjuran perkebunan karet di Indonesia, ada 3 macam bentuk pisau sadap, pisau sadap fauna buatan Jerman, pisau sadap PTPN X, dan pisau sadap biasa (Siregar, 1995). 4. Talang lateks (spout) Keterangan: Talang lateks berfungsi untuk mengalirkan cairan lateks atau getah karet dari irisan sadap ke dalam mangkok. Talang lateks terbuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjangnya antara 8-10 cm. Pemasangan talang lateks pada pohon karet dilakukan dengan cara ditancapkan 5 cm dari titik atau ujung terendah irisan sadapan. Penancapannya hendaknya tidak terlalu dalam agar tidak merusak lapisan kambium atau pembuluh empulur karet (Siregar, 1995). 5. Mangkok atau cawan Keterangan: Mangkok ini berfungsi sebagai penampung lateks yang mengalir dari bidang irisan melalui talang. Mangkok ini biasanya dibuat dari tanah liat atau plastik atau aluminium. Paling baik adalah dibuat dari aluminium karena tahan lama dan bisa menjamin kualitas lateks. Namun sulit dicari dan harganya yang cukup mahal. Mangkok dipasang 10 cm di bawah talang (Siregar, 1995). 6. Cincin mangkok Keterangan: Cincin mangkok berfungsi sebagai tempat meletakkan mangkok sadap atau cawan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan cincin mangkok ini adalah kawat. Biasanya cincin ini digantungkan atau dicantolkan pada tali cincin. Diameter cincin dibuat sedikit lebih besar dari ukuran mangkok sadap agar mangkok bisa masuk ke dalam cincin (Siregar, 1995). 7. Tali cincin Keterangan: Tali cincin berfungsi sebagai tempat untuk mencantolkan cincin mangkok sehingga mutlak harus disediakan. Biasanya tali cincin dibuat dari kawat atau ijuk. Letaknya pada pohon karet disesuaikan dengan keadaan cincin mangkok, jangan sampai terlalu jauh dari cincin mangkok. Sebagaimana talang lateks, kedudukan tali cincin juga berubah tiap periode tertentu (Siregar, 1995). 8. Meteran gulung (rol meter) Keterangan: Meteran gulungan berfungsi untuk menentukan tinggi bidang sadap (meteran kayu) dan mengukur lilit batang pohon karet (meteran gulung). Meteran yang digunakan terbuat dari bahan lunak atau kulit. Meteran kulit disebut juga meteran gulung dengan panjang 150-200 cm (Siregar, 1995). 9. Meteran kayu Keterangan: Fungsi meteran kayu ini yaitu untuk mengukur tinggi sadapan.Biasanya terbuat dari kayu (panjang 130 cm) dan berbentuk panjang pipih . Penggaris diletakkan dari permukaan tanah ke arah vertikal pada pohon karet sampai jarak 130 cm (Nazaruddin, 1998). 10. Pisau mal Keterangan: Pisau mal berfungsi sebagai alat untuk menoreh kulit batang karet saat akan membuat gambar bidang sadap. Alat ini dibuat dari besi panjang dengan ujung runcing dan pegangannya terbuat dari kayu atau plastik. Bagian runcing inilah yang digunakan untuk menoreh kulit batang pohon karet (Siregar, 1995) 11. Quadri/ Sigmat Keterangan: Sigmat ditempatkan pada bagian pohon yang akan diukur tebal kulitnya, ditekan sampai terasa keras atau tidak dapat menembus kulit lebih dalam lagi. Ketebalan kulit pohon diketahui dengan membaca skala (Nazaruddin, 1998). Alat ini berfungsi untuk mengukur tebalnya kulit batang yang disisakan saat penyadapan. Tujuannya agar penyadapan tidak sampai melukai kambium atau pembuluh empulurnya. Alat ini terbuat dari besi, bagian ujung seperti jarum dengan panjang 1-1,5 mm (Siregar, 1995). Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, pelaksaan penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatikan faktor kesehatan tanaman : 1. Penyadapan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun. 2. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain: - Pembukaan bidang sadap dari kiri atas kekanan bawah, membentuk sudut 30º. - Tebal irisan sadap dianjurkan 1,5 - 2 mm. - Dalamnya irisan sadap 1-1,5 mm. - Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 - 7.30 pagi. 3. Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping system, UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah. 4. Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba. 5. Secara umum, permulaan sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan sadapan sebesar 400 dari garis horizontal. Pada sistem sadapan bawah, besar sudut irisan akan semakin mengecil hingga 300 bila mendekati "kaki gajah" (pertautan bekas okulasi). Pada sistem sadapan ke atas, sudut irisan akan semakin membesar. Berikut ini adalah beberapa istilah umum dalam penyadapan yang penting utuk diketahui : 1. Alur sadap, terbagi menjadi 3 bentuk, yaitu S (alur bentuk spiral), V (alur bentuk V) dan C (tanpa bentuk). Dibuat dari kiri atas ke kanan bawah. Dilakukan karena pembuluh lateks letaknya tidak lurus, melainkan miring dari kanan atas ke kiri bawah sehingga dengan kemiringan yang demikian akan didapat lateks maksimal. 2. Panjang alur sadap dapat dinyatakan dengan rumus antara lain S/1 (1spiral), S/2 (setengah spiral), V/2 (setengah V), C/3 (sepertiga tanpa bentuk), dengan berbagai rumus panjang alur sadap ini bervariasi tergantung keinginan penyadap. 3. Banyaknya alur sadap ada 3, 2S/2 (dua sayatan dengan setengah spiral), 2V/2 (dua sayatan dengan setengah V), dan 2C/2 (dua sayatan dengan tanpa bentuk). 4. Jangka waktu sadapan biasanya dinyatakan dengan satuan waktu dan angka pembagi secara kontinu. Satuan waktunya adalah d (hari), w (minggu), m (bulan), dan y (tahun). Jika ada sistem sadapan d/1, setiap hari. d/2 dua hari 1 kali, dst. Sistem sadap yang baik adalah sistem yang memperhatikan hal-hal berikut: a. Mampu memberikan hasil sadap yang tinggi, baik per hektar maupun per penyadapan. b. Biaya penyadapan murah. c. Memberikan kesempatan yang terbaik bagi pohon karet untuk terus tumbuh dan memulihkan kulit dengan baik, serta melakukan pengendalian penyakit kulit sadapan bila diperlukan. d. Pemakaian kulit rendah. e. Tidak mengabaikan peningkatan persentase penyakit Brown Bank Disesase. f. Tidak menyulitkan pemungutan dan pengolahan hasil karena penetesan lanjutan, prekoagulasi, KKN terlalu rendah dan terlalu paralel tiap hari,dll. Hasil lateks dapat ditingkatkan dengan penggunaan stimulan, misalnya Ethrel yang diberikan disebelah atas sadapan. Stimulan tersebut mampu meningkatkan jumlah lateks yang dihasilkan tanaman karet. Zat stimulan yang lain misalnya ELS dan Cepha. Namur, terdapat beberapa klon karet yang tidak dapat merespon adanya stimulan ini karena ketidakcocokan bahan dengan sifat klon tersebut. Apabila menggunakan stimulant frekuensi sadapan dapat diperkecil agar terjadi keseimbangan dan menjaga kesehatan tanaman. Pada dasarnya stimulasi adalah untuk menghemat biaya tenaga kerja dengan tetap mempertahankan hasil lateks tinggi. Dalam praktiknya untuk kelangsungan produksi, hal yang sangat mendasar adalah di dalam pemulihan bidang sadap. Agar bidang sadap dapat kembali pulih tentu ada yang dipelukan di dalam penyadapanya. Menghindari penggunaan Ethepron pada pohon yang terkena kekeringan alur sadap adalah salah satu cara agar bidang sadp dapat kembali pulih dan pohon yang mengalami kekeringan alur. Memperistirahtkan tanaman dalam waktu tertentu juga merupakan konsep pemulihan bidang sadap, karena tanaman akan mengoptimalakan kembali bagian-bagian tanaman yang telah mengalami pelukaan. Begitu juga dengan pemberian unsur hara untuk kelnjutan tanaman itu sendiri sehingga pertumbuhanya akan lebih optimal tentunya pemulihan bagian-bagian yang disadap. Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Adanya kekeringan alur sadap mula-mula ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap. Kemudian dalam beberapa minggu saja keseluruhan alur sadap ini kering tidak me-ngeluarkan lateks. Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena pada bagian ini terbentuk gum (blendok). Kekeringan kulit tersebut dapat meluas ke kulit lainnya yang seumur, tetapi tidak meluas dari kulit perawan ke kulit pulihan atau sebaliknya. Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini adalah terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan: V. KESIMPULAN 1. Penyadapan merupakan pemungutan hasil tanaman karet dengan cara membuka jaringan lateks agar lateks mengalir keluar dari pohon yang kemudian akan ditampung dalam mangkuk sadap. 2. Penyadapan dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu sadap atas dan sadap bawah. 3. Penyadapan dilakukan pada tanaman yang memiliki kriteria sadap yaitu lilit batang 45 cm pada ketinggian 1 meter di atas permukaan tanah (semaian) atau 1 meter di atas tautan (okulasi), berumur minimal 5-6 tahun dengan tebal kulit ± 7-8 cm. 4. Waktu penyadapan yang tepat ádalah pada pagi hari sebelum jam 09.00 karena pada saat itu tekanan turgor tinggi sehingga produksi lateks meningkat. 5. Penyadapan harus memperhatikan prinsip-prinsip penyadapan, sistem sadap, kriteria matang sadap, maupun pelaksanaan penyadapan itu sendiri untuk menjamin produksi lateks dengan kualitas dan kuantitas tinggi dan tetap memperhatikan kesehatan tanaman untuk keberlanjutan produksi. 6. Kuantitas dan kualitas produksi lateks dipengaruhi oleh klon tanaman, faktor lingkungan, dan sistem eksploitasinya. 7. Alat-alat yang digunakan untuk penyadapan adalah mal sadap, tali cincin, mangkok sadap, cincin mangkok, talang lateks, meterán, pisau mal, dan quadri/ sigmat. 8. Stimulan berfungsi untuk meningkatkan produksi lateks yang dihasilkan. DAFTAR PUSTAKA Anwar, C. 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan. Ghani, A.M.N., O.S. Huat dan M. Wesel. 1989. Hevea brasiliensis (Wild. Ex A.L. Juss.) Muell. Arg. Dalam Westphal dan P.C.M. Jansen, (Ed). Plant Resources of South East Asia 152-161. Maryadi., 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998. Karet. Penebar Swadaya. Jakarta. Penangkaran Bibit Karet Tresno Maju. 2010. Agrobisnis Perkebunan Karet. Lampung. Pendle. P.D. 1992. The Production, composition, and chemistry of natural latex concentrates in sensitivity to latex in medical device (FDA Ed.). Program and Proceedings of International Latex Conference, 13 : 5-7. Santosa. 2007., Karet. (http://id.wikipedia.org/wiki/karet). Diakses tanggal 16 Maret 2012. Siregar, T.H.S. 1995. Teknik Penyadapan Karet. Kanisius. Yogyakarta. Suhendry, I. dan A. Daslin. 2002. Kajian finansial penggunaan klon karet unggul generasi IV. Warta Pusat Penelitian Karet 21 : 18-29.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar